Perilaku
Konsumen
Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian, pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan dan keinginan.
Perilaku konsumen akan diperlihatkan dalam beberapa tahap, yaitu tahap sebelum
pembelian, pembelian, dan setelah pembelian. Pada tahap sebelum pembelian
konsumen akan melakukan pencarian informasi yang terkait produk dan jasa. Pada
tahap pembelian, konsumen akan melakukan pembelian produk, dan pada tahap
setelah pembelian konsumen melakukan konsumsi (penggunaan produk), evaluasi
kinerja produk, dan pada akhirnya membuang produk setelah digunakan.
Konsumen dapat merupakan seorang individu ataupun organisasi, mereka
memiliki peran yang berbeda dalam perilaku konsumsi, mereka mungkin berperan
sebagai initiator, influencer, buyer, payer atau user.
Dalam upaya untuk lebih memahami konsumennya sehingga dapat memenuhi kebutuhan
dengan keinginan konsumen, perusahaan dapat menggolongkan konsumennya ke dalam
kelompok yang memiliki kemiripan tertentu, yaitu pengelompokkan menurut
geografi, demografi, psikografi dan perilaku.
1. Faktor-
Faktor Yang Mempengaruhi
Terdapat 5 faktor internal yang relevan terhadap
proses pembuatan keputusan pembelian:
1. Motivasi (motivation) merupakan
suatu dorongan yang ada dalam diri manusia untuk mencapai
tujuan tertentu.
2. (perception) merupakan hasil pemaknaan
seseorang terhadap stimulus atau kejadian yang diterimanya
berdasarkan informasi dan pengalaman terhadap rangsangan tersebut.
3. Pembentukan sikap (attitude formation)
merupakan penilaian yang ada dalam diri seseorang yang
mencerminkan sikap suka/tidak suka seseorang akan suatu hal.
4. Integrasi(integration) merupakan kesatuan
antara sikap dan tindakan. Integrasi merupakan respon atas sikap yang
diambil. Perasaan suka akan mendorong seseorang untuk membeli dan perasaan
tidak suka akan membulatkan tekad seseorang untuk tidak membeli produk
tersebut.
Afeksi dan
kognisi
Tipe respons afektif
Elemen pertama adalah afeksi
dan kognisi. Afeksi merujuk pada perasaan konsumen terhadap
suatu stimuli atau kejadian, misalnya apakah konsumen menyukai sebuah
produk atau tidak. Kognisi mengacu pada pemikiran konsumen,
misalnya apa yang dipercaya konsumen dari suatu produk. Afeksi dan kognisi
berasal dari sistem yang disebut sistem afeksi dan sistem kognisi. Meskipun
berbeda, namun keduanya memiliki keterkaitan yang sangat kuat dan saling
memengaruhi.
Manusia dapat merasakan empat
tipe respons afektif: emosi , perasaan
tertentu ,mood dan evaluasi. Setiap tipe tersebut
dapat berupa respons positif atau negatif. Keempat tipe afeksi ini berbeda
dalam hal pengaruhnya terhadap tubuh dan intensitas perasaan yang dirasakan.
Semakin kuat intensitasnya, semakin besar pengaruh perasaan itu terhadap tubuh,
misalnya terjadi peningkatan tekanan darah, kecepatan pernapasan, keluarnya air
mata, atau rasa sakit di perut. Bila intensitasnya lemah, maka pengaruhnya pada
tubuh tidak akan terasa.
Sistem kognisi terdiri dari
lima proses mental, yaitu: memahami, mengevaluasi, merencanakan, memilih, dan
berpikir. Proses memahami adalah proses menginterpretasi atau menentukan arti
dari aspek tertentu yang terdapat dalam
sebuah lingkungan. mengevaluasi berarti menentukan apakah sebuah
aspek dalam lingkungan tertentu itu baik atau buruk, positif atau negatif,
disukai atau tidak disukai. Merencanakan berarti menentukan bagaimana
memecahkan sebuah masalah untuk mencapai suatu tujuan. Memilih berarti
membandingkan alternatif solusi dari sebuah masalah dan menentukan alternatif
terbaik, sedangkan berpikir adalah aktifitas kognisi yang terjadi dalam ke empat
proses yang disebutkan sebelumnya.
Fungsi utama dari sistem
kognisi adalah untuk menginterpretasi, membuat masuk akal, dan mengerti aspek
tertentu dari pengalaman yang dialami konsumen. Fungsi kedua adalah memproses
interpretasi menjadi sebuah task kognitif seperti
mengidentifikasi sasaran dan tujuan, mengembangkan dan mengevaluasi pilihan
alternatif untuk memenuhi tujuan tersebut, memilih alternatif, dan melaksanakan
alternatif itu.
Besar kecilnya intensitas
proses sistem kognitif berbeda-beda tergantung konsumennya, produknya, atau
situasinya. Konsumen tidak selalu melakukan aktifitas kognisi secara ekstensif,
dalam beberapa kasus, konsumen bahkan tidak banyak berpikir sebelum membeli
sebuah produk.
Teori
Perilaku Konsumen
Teori perilaku konsumen dapat dibedakan
dalam dua macam pendekatan yaitu, pendekatan nilai guna (utiliti) dan
pendekatan nilai guna ordinal.
Dalam pendekatan nilai guna cardinal dianggap manfaat atau kenikmatan yang
diperoleh seorang konsumen dapat
dinyatakan secara kuantitatif. Berdasarkan kepada permisalan ini, dan dengan
anggapan bahwa konsumen akan memaksimalkan kepuasan yang dapat dicapainya,
diterangkan bagaimana seseorang akan menentukan konsumennya keatas berbagai
jenis barang yang terdapat di pasar. Dalam pendekatan nilai guna ordinal,
manfaat atau kenikmatan yang diperoleh dari masyarakat yang dikonsumsi
barang-barang tidak dikuantifikasi.
Tingkah laku seorang
konsumen untuk memiliki barang-barang yang akan memaksimalkan kepuasan
ditunjukkan dengan bantuan kurva kepuasan sama, yaitu kurva yang menggambarkan
gabungan barang yang akan memberikan nilai guna (kepuasan yang sama)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar